INOVASI BELAJAR-MENGAJAR, TUGAS “GURU”

INOVASI BELAJAR-MENGAJAR, TUGAS “GURU”

Terciptanya manusia unggul dan bertakwa merupakan cita-cita segenap pihak. Untuk mampu melahirkan manusia unggul dan bertakwa tersebut, tentu seluruh aspek pada diri manusia harus dikembangkan. Pendidikan sebagai sarana sentral mendidik manusia, memiliki peranan penting dalam upaya mencapai tujuan ini. Mau tidak mau pendidikan perlu mengembangkan tujuan pendidikan tersebut yang melingkupi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sementara itu, Ary Ginanjar Agustian menyatakan pentingnya pengembangan kecerdasan intelektual (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ) subyek didik agar tercapai manusia harapan tersebut. Ketiga komponen inilah yang akan mengantarkan seseorang pada kesuksesan sejati. Kecerdasan intelektual baru-lah sebatas syarat dalam memperoleh keberhasilan, namun kecerdasan emosional-lah yang akan mengantarkan pada keberhasilan sejati. Kemudian kecerdasan sepiritual akan mengarahkan seseorang agar tidak kosong batin setelah tercapainya keberhasilan tersebut.

Pernyataan Ary Ginanjar ini senada dengan alquran surat Al-Mujadalah: 11, dimana Allah berfirman: “ ....Allah akan mengangkat derajat orang-orang diantara kamu, yaitu mereka yang beriman dan diberi ilmu pengetahuan, dan Allah mengetahui apa yang kamu amalkan”. Ayat ini menyatakan bahwa antara iman, ilmu, dan amal merupakan rangkaian sistemik dalam struktur kehidupan setiap muslim yang akan mengantarkan mereka pada tingkatan derajat yang tinggi. Lebih mementingkan yang satu dari yang lain, akan melahirkan kehidupan yang timpang. Untuk itulah, demi mencapai generasi impian tersebut, lembaga pendidikan harus mengembangkan pendidikan iman, ilmu dan amal.
Tercapainya manusia unggul tersebut menjadi tanggung jawab semua pihak, khususnya lembaga pendidikan, baik formal, non formal, maupun informal. Upaya peningkatan mutu pendidikan di negara kita terus diupayakan guna memperbaiki sistem pendidikan kita. Keberhasilan proses belajar mengajar pada akhirnya ditentukan oleh berbagai aspek meliputi metode mengajar, sarana prasarana, materi pembelajaran, kurikulum, siswa, guru, dan sarana lainya.

Tentunya aspek-aspek tersebut harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Tidak mungkin kiranya bila kita terus memaksakan pembelajaran dengan paradigma kuno yang konservatif, kolot, dan statis karena akan berimplikasi pada turunnya motivasi belajar siswa. Dapat kita perhatikan keadaan empiris yang memperlihatkan bahwa siswa-siswi banyak yang merasa bosan, tertekan, dan malas belajar. Untuk itulah, sebagai seorang guru (dan calon guru), khususnya kita yang masih muda harusnya memiliki kemamuan dan kemampuan untuk membuat kreasi dan inovasi terhadap pembelajaran agar tercapai manusia harapan tersebut.

Kita semua mamahami dan menyadari bahwa siswa-siswi terdiri dari aneka macam karakter, budaya, kepribadian, dan latar belakang yang berbeda. Lebih dari pada itu, setiap siswa juga memiliki aneka variasi gaya belajar (paling tidak ada tiga macam gaya belajar; visual, auditori, dan kinestatik) dan kecerdasan (ada delapan macam kecerdasan; linguistik, logika-matematika, intrapersonal, interpersonal, musikal, visual-spasial, kinestetik, naturalis, dan eksistensial) yang berbeda.

Melihat perbedaan tersebut, paradigma baru yang kita terapkan juga seharusnya mengacu pada perbedaan tersebut. Untuk pengajaran, paradigma barunya adalah “apabila siswa tidak bisa belajar dengan cara kita mengajar, maka kita harus belajar mengajar mereka dengan cara mereka BISA belajar”. Sedangkan untuk pembelajaran, paradigma barunya adalah “setiap orang bisa belajar, tapi setiap orang belajar dengan cara yang berbeda.
Melalui blog ini saya mengajak kawan-kawan guru, khususnya guru muda (termasuk guru senior yang masih berjiwa muda) yang memiliki semangat untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk mendiskusikan usaha-usaha yang bisa kita lakukan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif, sehingga tujuan belajar dapat kita ciptakan secara optimal. Posting-posting berikutnya akan mengantarkan kita pada bagaimana kita mengubah kelas menjadi “komunitas belajar” dan “masyarakat mini” yang setiap detailnya telah digubah untuk mendukung belajar optimal, yaitu cara kita menata bangku, menentukan kebijakan kelas, hingga cara kita merancang pengajaran.

Bisa kita bayangkan alangkah bahagianya hati kita melihat ruang kelas, dimana siswa kita sedang belajar terlihat hidup dan penuh semangat. Para siswa tertarik untuk memperhatikan pelajaran dengan suka rela, tangan-tangan mereka teracung dengan antusias, tubuh mereka condong ke depan penuh rasa ingin tahu, dan gemuruh ria perayaan. Alangkah puasnya kita melihat senyum bahagia mereka, kelas penuh keriangan berbagi wawasan dan kehangatan saling tukar perkataan dan saling memotivasi.

Satu yang perlu kita ingat....

Kala Kecil Dulu, Ketika Kita Belajar Bersepeda, Jatuh Bangun Kita Jalani.. Namun Rintangan Dan Halangan Tersebut Tak Pernah Mematahkan Semangat Kita, Beruntung Pula Kita Memiliki Orang Tua Yang Senantiasa Mendorong Dan Memotivasi Kita Dengan Penuh Kesabaran Dan Diiringi Senyum Tulus Mereka... Bisa Kita Bayangkan Andai Saja Saat Kita Terjatuh Dan Gagal, Omongan Kasar Keluar Dari Mulut Mereka, Mungkin Sekarang Kita TIDAK Akan Pernah Bisa Naik Sepeda.. Namun Beruntung, Dengan Senyum Dan Motivasi Orang Tua Kita, Akhirnya Sekarang Kita Telah Mahir Bersepeda..
Kawan-Kawan, Kenapa Kita Membuang Pengalaman Belajar Terindah Tersebut?? Kenapa Tidak Kita Gunakan Metode Mengajar Tersebut Ke Dalam Kelas Kita?? Insya Allah Dengan Metoder Ini,, Kita Akan Melihat Kesuksesan Anak Didik Kita, Baik Sekarang, Esok, Atau Lusa, Karena Pada Dasarnya Semua Siswa Berhak Untuk Sukses, Tergantung Kita Yang Menemukan Dan Mengarahkan Jalan Sukses Mereka

0 komentar:

Design by Blogger Templates