GAYA BELAJAR, SEBAGAI MODALITAS BELAJAR SISWA

GAYA BELAJAR, SEBAGAI MODALITAS BELAJAR SISWA

1. Pentingnya Memahami Gaya Belajar Siswa

Albert Einstein kecil dikenal suka melamun. Guru-gurunya di Jerman mengatakan bahwa ia tidak akan berhasil di bidang apapun, pernyataannya merusak suasana kelas, dan lebih baik ia tidak bersekolah. Winston Churchill sangat lemah dalam pekerjaan sekolah. Dalam berbicara ia gugup dan terbata-bata. Sementara itu Thomas A. Edison pernah dipukuli guru dengan ikat pinggang karena dianggap mempermainkan guru dengan mengajukan banyak pertanyaan. Karena seringnya dihukum, ia dikeluarkan ibunya setelah mengenyam pendidikan formal hanya selama 3 bulan.
Einstein, Chuechill, dan Edison memiliki gaya belajar yang khas yang tidak sesuai dengan gaya belajar sekolah mereka. Untunglah mereka memiliki pelatih yang memahami gaya belajar tersebut hingga akhirnya kesuksesan luar biasa mampu mereka capai. Einstein berhasil menjadi ilmuan terbesar sepanjang sejarah, Churchill akhirnya menjadi salah satu pemimpin dan orator terbesar abad 20, dan Edison menjadi penemu paling produktif sepanjang zaman.
Sayangnya, jutaan anak lain dengan kekhasan gaya belajar berbeda tersebut jarang sekali yang menemukan seseorang yang mampu memahaminya, sehingga tak mampu memaksimalkan potensi yang dimilikinya. inilah yang menjadi sebab terbesar kegagalan dunia pendidikan.
Setiap orang tentunya memiliki bakat dan modalitas belajar yang berbeda. Namun kebanyakan sekolah diselenggarakan dengan asumsi setiap orang itu identik. Bila kita perhatikan dalam kelas di dunia pendidikan kita, kita mlihat kecenderungan oleh guru yang hanya menggunakan satu cara saja dalam mengajar. Guru mengajar dengan menggunakan media papan tulis (visual), mengajar dengan menggunakan buku (visual). Sementara itu siswa belajardengan buku (visual), mencatat (visual), mengerjakan tugas secara tertulis (visual), dan mengerjakan tes juga secara tertulis (visual). Karena hanya menggunakan satu gaya belajar, akhirnya timbullah beragam masalah yang menyebabkan kurangnya motivasi dan aktivitas belajar siswa.
Bagi guru yang ingin sukses pada masa mendatang, sangat penting untuk mengetahui apa yang berlangsung dalam kepala murid mereka. Perlu juga mengetahui perlakuan apa yang mereka butuhkan. Pengetahuan guru tentang gaya belajar membantu para guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang multi-indrawi, yang melayani sebaik mungkin kebutuhan individual setiap siswa. Dengan memanfaatkan konsep keragaman dan menerima gaya belajar yang berbeda. Para guru menjadi lebih efektif dalam menentukan strategi-strategi pengajaran, dan murid akan belajar dengan lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemajuan belajar mereka.

2. Macam-macam Gaya Belajar

Dari cara kita memasukkan informasi ke dalam otak melalui panca indra, kita mengenal paling tidak ada tiga macam gaya belajar, yaitu Visual (penglihatan), Auditori (Pendengaran), dan Kinestetik (Gerakan). Pembagian ini dapat diperluas lagi dengan tambahan gaya Tetile (Perabaan), Olfactori (penciuman), dan Gustatori (Pengecapan). Dari enam macam gaya belajar ini, tiga teratas merupakan gaya belajar yang sering dijumpai. Pada umumnya, jarang orang jarang menggunakan satu macam gaya belajar, biasanya akan ada kombinasi antar semuanya. Untuk itulah sabagai guru hendaknya kita mampu mengkombinasikan antar berbagai gaya belajar siswa. Dari hasil penelitian, jumlah siswa yang belajar secara visual sebanyak 27%, auditori 34%, dan 39% kinestetik. Hal ini kiranya dapat menjawab mengapa banyak siswa yang emngalami kesulitan belajar.

a. Gaya belajar visual (penglihatan)
Modalitas dan gaya belajar ini mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan, ruang, potret mental, dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Seorang yang sangat visual bercirikan berikut:
• Teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan
• Mengingat dengan gambar, lebih suka membaca dari pada dibacakan.
• Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh dan menangkap detail: mengingat apa yang dilihat.
• Suka membuat coret-coretan
• Dalam komunikasi sering menggunakan kata yang berhubungan dengan penglihatan
• Berbicara dengan tempo cukup cepat
Untuk menghadapi siswa dengan kecenderungan visual, guru hendaknya melakukan hal-hal berikut:
• Menggunakan kertas tulis dengan tulisan berwarna daripada papan tulis
• Mendorong siswa untuk menggambarkan informasi, dengan menggunakan diagram dan warna.
• Beri kode warna untuk bahan pelajaran, dan sebaiknya dorong siswa untuk mencatat dengan aneka warna

b. Gaya belajar auditori (pendengaran)
Modalitas ini mengakses segala bunyi dan kata. Musik, nada, irama, rima, dialog internal, dan suara menonjol disini. Seorang yang sangat auditorial bercirikan:
• Perhatiannya mudah terpecah
• Berbicara dengan pola berirama
• Belajar dengan cara mendengarkan
• Ketika membaca suka menggerakkan bibir/bersuara
• Berdialog secara internal dan eksternal
Untuk menghadapi siswa dengan kecenderungan visual, guru hendaknya melakukan hal-hal berikut:
• Gunakan variasi vokal (perubahan nada, kecepatan, dan volume) dalam presentasi kelas
• Gunakan pengulangan, mintalah siswa menyebutkan kembali konsep pelajaran
• Gunakan musik sebagai aba-aba untuk kegiatan rutin
• Setiap segmen siswa diminta memberitahukan pada teman sebelahnya.

c. Gaya belajar kinestetik (Gerakan)
Modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi.. gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik menonjol disini. Seorang yang sangat auditorial bercirikan:
• Menyentuh orang yang berdiri berdekatan
• Banyak gerak
• Belajar dengan melakukan,
• Menunjuk tulisan saat membaca
• Mengingat sambil berjalan dan melihat
Untuk menghadapi siswa dengan kecenderungan visual, guru hendaknya melakukan hal-hal berikut:
• Gunakan alat bantu saat mengajar untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan menekankan konsep kunci
• Ciptakan simulasi konsep agar siswa mengalaminya
• Peragakan konsep sambil memberikan kesempatan siswa untuk mempelajari langkah demi langkah
• Ijinkan siswa berjalan-jalan di kelas
• Ceritakan pengalaman pribadi mengenai wawasan belajar, dan doronglah siswa untuk mengalaminya.
Siswa dengan kecenderungan kinestetik paling dirugikan dalam sistem pendidikan saat ini. Pelajar kinestetik perlu bergerak, padahal dalam kelas tradisional, anak harus diam dan mendengarkan apa yang disampaikan guru. Anak ini sering dicap sebagai anak hiperaktif atau bandel.

3. Gaya Belajar, Diturunkan Atau Dikondisikan?

Mengapa kita semua begitu berbeda sekaligus mirip pada saat yang sama? Apa yang terjadi dengan gaya belajar kita setelah tumbuh dewasa? Apakah gaya belajar kita berubah atau tetap sama sepanjang hidup kita?
Pencarian penjelasan tentang manusia telah berlangsung selama berabad-abad yang lalu. Penelitian oleh Dunn dan Dunn merupakan salah satu alat yang mengandung unsure-unsur gaya hasil penelitian ilmiah yang jelas-jelas bersifat biologis dan tetap sepanjang masa. Penelitian yang dilangsungkan sejak 1979 mengungkapkan bahwa tiga perlima gaya belajar bersifat genetis, dan sisanya, diluar ketekunan, bisa dikembangkan memalui pengalaman.
Disisi lain, seberapa jauhkah pengkondisian mampu mengubah sifat gaya belajar siswa di area biologis? Banyak siswa nampaknya memang mampu menyesuaikan diri dengan cukup baik, mengikuti pelajaran dengan cukup baik, dan mampu meraih hasil yang bagus. Namun tidak sedikit pula mereka yang tidak mampu untuk demikian. Tidak cocok dalam lingkungan belajar yang demikian, dan tidak mampu belajar sebagaimana teman lain, sebagaimana yang dibenarkan oleh guru.
Penemuan ini telah membawa kita pada sebuah kesadaran bahwa menjadi fleksibel di area-area biologis akan sangatmembantu, tetapi dikondisikan pada satu gaya belajar yang bukan gaya belajar siswa, akan memberi dampak yang dapat merusak dari berbagai segi. Pengkonsisan ini dapat menimbulkan masalah belajar, frustasi, dan penghargaan diri yang rendah.

4. Mengenal Dan Memahami Gaya Belajar Siswa
Kita telah memahami bahwa setiap orang, termasuk kita, memiliki modalitas belajar dan gaya belajar yang berbeda. Dalam praktik pembelajaran, kita tidak diperkenankan untuk menggunakan gaya belajar sebagaimana yang kita suka. Bila ini kita paksakan, maka siswa yang berbeda kecenderungan dengan kita, akan merasa dirugikan. Untuk itulah kita harus berupaya mengenali gaya belajar siswa kita, dan akhirnya akan kita gunakan pula dalam mengajar. Terdapat bermacam cara mengenal karakteristik agaya belajar siswa kita, yang utama adalah dengan komunikasi dan bertanya.
a. Mengenal gaya belajar siswa dengan bertanya
Diskusi sederhana tentang gaya belajar dan minat sering menjadi cara termudah untuk menghancurkan tembok antara guru dan murid. Anda juga dapat menemukan gaya belajar siswa dengan mendengarkan suara mereka. Mintalah instruksi pada siswa bergaya visual, maka dia akan cenderung menggambar sebuah peta. Pelajar bertipe auditorial biasanya tidak suka membaca buku atau buku petunjuk, dia lebih suka bertanya untu memperoleh informasi. Sedangkan siswa bergaya kinestetik, selalu ingin bergerak. Diatas juga telah dijelaskan lebih detail ciri-ciri gaya belajar.

b. Mengenal gaya belajar siswa dengan melihat
Ahli NLP ( Neuro Linguistik Programming) menyatakan bahwa mereka sering bisa mengetahui gaya belajar yang disukai siswa hanya dengan gerakan mata dan mendengarkan pembicaraan mereka. Seorang siswa yang duduk tegak dan melihat lurus ke depan, atau yang matanya memandang keatas saat menerima informasi, dan jika berbicara cepat, biasanya adalah tipe visual.
Seorang siswa yang melihat kekanan-kiri saat menerima informasi, atau melihat kebawah, ke sisi berlawanannya, mungkin seorang auditoriaal. Ia biasanya akan berbicara dengan suara yang berirama. Sedangkan siswa kinestetik akan banyak bergerak, memandang ke kanan dan kebawah saat menrima dan menyimpan, dan kalau bicara lambat.

c. Mengenal gaya belajar siswa dengan bahasa tubuh.
Untuk menyerap informasi, pelajar visual biasanya duduk tegak dan menguikuti guru dengan matanya. Seorang auditorial sering mengulang dengan lembut kata-kata yang diucapkan guru, atau sering menggunakan kepalanya saat guru menyajikan informasi lisan. Sedangkan siswa kinestetik sering menunduk saat ia mendengarkan dan juga kadang suka bermain-main benda, mengklik pulpen sambil mendengarkan orang berbicara.

GURU MUDA, AGEN PERUBAHAN SEKOLAH

GURU MUDA, AGEN PERUBAHAN SEKOLAH


A. PENDAHULUAN

Pendidikan dalam sejarah peradaban anak manusia adalah salah satu komponen kehidupan yang paling urgen. Aktifitas ini telah dan akan terus berjalan semenjak manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Bahkan kalau ditarik mundur lebih jauh lagi, kita akan dapatkan bahwa pendidikan telah mulai berproses semenjak Allah swt. menciptakan manusia pertama Adam di sorga dimana Allah telah mengajarkan kepada beliau semua nama-nama yang oleh para malaikat belum dikenal sama sekali (QS Al Baqarah: 31-33).
Semenjak manusia berinteraksi dengan aktifitas pendidikan ini semenjak itulah manusia telah berhasil merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lini kehidupan mereka. Bahkan pendidikan adalah suatu yang alami dalam perkembangan peradaban manusia (1).
Dan secara paralel proses pendidikan pun mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik dalam bentuk metode, sarana maupun target yang akan dicapai. Karena hal ini merupakan salah satu sifat dan keistimewaan dari pendidikan, yaitu selalu bersifat maju (taqaddumiyyah). Sehingga apabila sebuah pendidikan tidak mengalami serta tidak menyebabkan suatu kemajuan atau malah menimbulkan kemunduran maka tidaklah dinamakan pendidikan. Karena pendidikan adalah sebuah aktifitas yang integral yang mencakup target, metode dan sarana dalam membentuk manusia-manusia yang mampu berinteraksi dan beradabtasi dengan lingkungannya, baik internal maupun eksternal demi terwujudnya kemajuan yang lebih baik (2).
Sebagai contoh nyata dari argumen di atas dapat kita lihat dari dua kenyataan berikut:
Pertama, ketika Uni Sovyet meluncurkan pesawat luar angkasanya yamg pertama spotnic pada 4 oktober 1957, Amerika Serikat tergoncang dengan dahsyatnya. Demam spotnic melanda seantero Amerika. Betapa tidak, karena Amerika adalah negara besar pemenang perang dunia II telah kedahuluan oleh Uni Sovyet. Sampai-sampai presiden AS ketika itu membentuk tim khusus untuk merespon kejadian besar ini. Tim tersebut bukan bertugas menyelidiki kenapa Uni Sovyet berhasil mendahului mereka dalam meluncurkan pesawat luar angkasa, melainkan mereka mendapat intruksi lansung dari presiden untuk melakukan suatu tugas yang tidak disangka-sangka oleh para pengamat politik waktu itu. Tugas mereka adalah meninjau kembali kurikulum pendidikan AS mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Dengan bekerja keras dan dalam waktu yang singkat tim tersebut berhasil mengeluarkan statement yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan AS dari semua jenjang pendidikan sudah tidak layak lagi dan harus direvisi. Sebuah keputusan yang teramat berani waktu itu. Tapi itulah sebuah konsekuensi kalau hendak berkompetisi dalam kemajuan peradaban.
Amerika pun mulai melakukan pembaharuan pendidikan dalam segala segi dan dimensinya. Mulai dari kurikulum, mata pelajaran, tenaga pengajar, sarana pendidikan sampai kepada sistem evaluasi pendidikan. Usaha mereka dengan sangat cepat membuahkan hasil yang sangat luar biasa. Pada tanggal 14 juli 1969 mereka berhasil meletakkan manusia pertama di permukaan bulan. Hanya dalam kurun waktu 12 tahun mereka berhasil mengungguli teknologi Uni Sovyet. Waktu yang relatif singkat, kurang dari masa pendidikan seorang anak dari tingkat dasar sampai jenjang perkuliahan (3)
Hasil lain dari itu tentunya dapat disaksikan oleh dunia semuanya dimana AS sekarang telah menjadi kekuatan tunggal setelah runtuhnya US.
Kedua, kejadian yang hampir serupa sebenarnya pernah terjadi di Jepang seusai kekalahan mereka dalam perang dunia II dengan dibom atomnya kota Hiroshima dan Nagasaki. Jepang praktis lumpuh dalam segala segi kehidupan. Bahkan kaisar Jepang waktu itu menyatakan bahwa mereka sudah tidak punya apa-apa lagi kecuali tanah dan air. Belum lagi hukuman sebagai orang yang kalah perang yang melarang Jepang untuk membangun angkatan bersenjata. Semua itu merupakan hambatan yang sangat besar untuk dapat bangkit dan membangun sebuah peradaban baru. Tapi perkiraan akal manusia tidak selamanya benar. Jepang bangkit perlahan-lahan dengan memperbarui sistem pendidikan mereka dalam semua jenjang pendidikan. Dalam masa yang relatif singkat Jepang berhasil membangun negara mereka menjadi negara yang kuat dalam bidang ekonomi dan pendidikan. Bahkan merupakan negara ekonomi terkuat yang menjadi ancaman bagi AS sendiri. Coba kita bandingkan dengan Indonesia yang mulai membangun diri pada waktu yang sama dengan Jepang (kita merdeka 1945 dan Jepang di bom atom 1945). Jepang telah berlari jauh di depan, kita malah masih tertatih-tatih bahkan jalan di tempat dan kadang kala juga mundur ke balakang. Contoh nyata dari kemajuan pendidikan di Jepang adalah berobahnya pengertian buta huruf dikalangan rakyat Jepang. Buta huruf yang sudah tidak ada lagi di Jepang mempunyai pengetian "tidak bisa menggunakan komputer". Betapa jauhnya pengertian ini dengan pengertian aslinya di kalangan dunia ketiga, yang berarti tidak bisa tulis dan baca.
Dua fenomena di atas merupakan gambaran nyata dari urgensi pendidikan yang telah dipahami dan diaplikasikan dengan baik oleh AS dan Jepang. Langkah yang mereka ambil telah membuktikan kepada dunia bahwa kemajuan pendidikan berarti kemajuan sebuah bangsa. Dan bangsa manapun di dunia ini yang mengabaikan pendidikan maka tunggulah kehancurannya.


Pembaharuan pendidikan di Indonesia sudah berkali-kali, sedikitnya enam sampai tujuh kali pembaharuan. Pembaharuan pendidikan lebih banyak memusatkan perhatian untuk memperbaharui ‘mobil’ (kurikulum, bahan ajar, sistim evaluasi, perbaikan dan pengadaan gedung dan alat). Kemudian melatih ‘pengemudi’nya (tenaga pendidikan dan staf administrasi). ‘Penumpang’ di dalamnya (murid, orangtua, dan pemakai lulusan). Tidak banyak disentuh dalam praktik kependidikan. Jalan raya dan lingkungan sepanjang jalan (lingkungan, dukungan semua pihak termasuk dukungan politik terhadap pendidikan) yang dilewati mobil yang tidak dirancang dan dibangun dengan baik.
Ada pepatah menyatakan : “more often, the journey is more important then the destination” yang bermakna, dalam banyak hal, pengalaman selama di jalan lebih penting daripada tempat tujuan. Terkait dengan tujuan (tujuan pendidikan, tujuan sekolah, tujuan kelas dan pembelajaran) masih banyak supir yang tidak tahu kemana mobil dan penumpangnya akan dibawa. Lebih parah lagi, penumpangnya sendiri belum terbiasa untuk menyampaikan maksud dan tujuan mereka, karena berpuluh-puluh tahun mereka terbiasa mengatakan “terserah yang membuat mobil dan pak sopir saja”. Para penumpang ini tidak dikondisikan untuk menyampaikan dan menjelaskan tujuan mereka dengan terbuka, maka jika :

• Kurikulum (mobil) kita tidak layak;
• Guru (sopir) kurang berkualitas;
• Murid, orang tua, pemakain lulusan (penumpang) belum berperan aktif.
• Dukungan masyarakat, pemerintah (jalan raya dan alam sekitarnya) minim
• Visi, filosofi dan tujuan pendidikan (tempat tujuan) belum terumuskan dan disepakati oleh semua pihak.


B. LANGKAH-LANGKAH PEMBAHARUAN PENDIDIKAN

Langkah Pertama: Kenali Kebutuhan Akan Reformasi Sekolah
Titik tolak pada banyak sekolah adalah dengan menulis pernyataan visi dan misi baru yang menyebutkan secara spesifik filosofis sekolah, arah, tujuan, serta nilai-nilainya. Arahkan perhatian secara serius pada hal-hal urgen, misalnya prestasi rendah, kurangnya motivasi belajar, kedisiplinan, stres tinggi para guru, kurangnya keterlibatan wali siswa, atau masalah-masalah lain. Dengan menuliskan kebutuhan yang perlu dirubah ini, langkah kita untuk mengadakan perubahan memiliki semacam pijakan yang jelas.

Langkah Kedua: Cari Para Pendukung Perubahan
Tanpa dukungan dari orang lain, pastinya perubahan yang kita impikan akan sulit terlaksana, untuk itulah kita perlu memilih dan mencari dukungan dari civitas akademik yang kita percaya dan mempercayai kita. Jumlah orang yang harus diyakinkan tentang konsep atau pendekatan ini adalah sekitar 15% sampai 20% populasi sekolah. Dalam proyek perubahan ini hendaknya kita mencari dukungaan secara aktif dari pihak dalam maupun pihak di luar sekolah.

Langkah Ketiga: Buat Dan Komunikasikan Rencana Tindakan Perubahan Tersebut
Sebagai guru muda, tentunya masih sulit untuk mendapat kepercayaan dan dukungan dari populasi sekolah. Untuk itu, alangkah lebih bijak jika anda memulai dari proyek kecil yang akan berhasil dalam jangka waktu beberapa bulan pertama. Proyek-proyek tersebut harus diorganisasi dan dikoordinasi dengan baikuntuk mengurangi keraguan berlebihan yang terbuka diantara para staf sekolah tradisional. Untuk upaya struktur ulang yang besar, buatlah rencana minimum dan target untuk sampai jangka beberapa tahun.

Langkah Ke Empat: Dapatkan Sumber Daya Yang Dibutuhkan
Identifikasi dan dapatkanlah sumber daya manusia sekaligus kebutuhan materi. Termasuk dalam kelompok ini adalah konsultan, program pelatihan, sumber daya keuangan, dan waktu untuk melibatkan staf. Bila hal ini terasa sulit dan kurang efisien, kita bisa mengakali dengan memperbanyak referensi tentang sebuah sekolah modern dan mengadakan forum diskusi mengenai hal tersebut dengan beberapa staf yang kita percaya (kita pilih) pada langkah kedua di atas. Tentunya dibutuhkan kepercayaan diri yang sangat kuat dalam hal ini.

Langkah Ke Lima: Kenali Reaksi-Reaksi Emosional
Sebagai seorang agen perubahan, anda harus mengantisipasi reaksi-reaksi pribadi terhadap perubahan, siklus emosional yang khas yang diidentifikasi melalui penelitian, yang meliputi optimisme atau pesimisme baik yang terlihat maupun tersembunyi, realisme yang penuh harap, dan dampak-dampak yang lain, baik negatif maupun positif, (kebalik).

Langkah Ke Enam: Antisipasi Masalah, Identifikasi Keterampilan Memecahkan Masalah
Masalah-masalah yang bisa diprediksi selama proses struktur ulang adalah isu-isu emosional, kurangnya koordinasi atau komunikasi, kurangnya sumber daya, dan beberapa krisis yang tidak diantisipasi. Metode pemecahan masalah secara aktif menjadi hal yang sangat penting demi keberhasilan proyek ini.

Langkah Ke Tujuh: Berbagi Kepemimpinan
Untuk membuat perubahan menyebar luas dan tertanam kukuh, kita perlu berbagi dalam hal pengendalian proyek dan berkolaborasi dengan orang lain. Dalam hal ini tentunya harus pula melibatkan “orang-orang penting” dalam sekolah, khusunya kepala sekolah.

Langkah Ke Delapan: Segera Luncurkan Inovasi Ke Dalam Praktik Di Kelas
Untuk praktik-praktik kelas baru yang akan diimplementasikan, kita memerlukan kombinasi antara dukungan dan tekanan, dan upaya-upaya perubahan yang secara cepat dikaitkan dengan kelas tersebut akan dirasakan relevan dan urgen. Pada langkah ini, dibutuhkan pengembangan ataf secara terus menerus.

Langkah Kesembilan: Refleksi
Refleksi berarti mengadakan peninjauan terhadap implementasi inovasi yang kita luncurkan. Dalam kenyataannya, pasti akan ditemukan banyak kendala yang mengakibatkan tersendatnya, bahkan gagalnya upaya perubahan yang kita canangkan. Untuk itulah, bersama staf yang kita libatkan, kita mencari solusi dalam mmecahkan masalah yang kita jumpai yang tidak kita perkirakan sebelumnya. Dengan adanya refleksi ini, inovasi yang kita implementasikan dalam ruang-ruang kelas insya Allah akan mendekati keberhasilan.

Langkah Kesepuluh: Tanamkan Inovasi Dalam Praktik Organisasi
Setelah berhasil diimplementasikan, diukur dan diperbaiki, inovasi telah menjadi bagian dari kehidupan sekolah dan upaya-upaya struktur ulang menjadi tatanan kuat dalam filosofi, anggaran, kebijakan, dan administrasi sekolah terkait. Jangan lupa, rayakan keberhasilan ini. Selamat mencoba. Ma’an najah

FAKTA TENTANG OTAK, MEMAKSIMALKAN POTENSI MELALUI RAKSASA YANG TERTIDUR (1)

Allah swt telah menganugerahkan nikmat yang tak terhingga jumlahnya. Satu dari nikmat terindah adalah otak. Kita dilahirkan dengan dibekali otak yang sedemikiab canggihnya. Namun sayangnya kita belum mampu memaksimalkan anugrah terindah tersebut. Menurut survei, rata-rata manusia hanya menggunakan sekitar 4% dari kemampuan otaknya. Si genius Einstein hanya menggunakan 8% dari kemampuan otaknya.
Otak manusia adalah suatu organ yang beratnya sekitar 1,5 kg atau sekitar 2% dari berat tubuh yang dioperasikan dengan bahan bakar glukosa dan oksigen. Saat bayi dilahirkan, otaknya telah berukuran ¼ dari ukuran otak orang dewasa. Otak menyerap sekitar 20% suplai oksigen yang beredar di dalam tubuh manusia. Semua manusia sejak lahir telah memiliki 100.000.000.000 (seratus miliar) sel otak aktif dan didukung oleh 900.000.000.000 (sembilan ratus miliar) sel pendukung lainnya. Jadi totalnya ada 1 trilyun sel otak.
Diantara pembaca mungkin ada yang bertanya, apakah jumlah tersebut sama antara orang satu dengan orang lain? Kalau sama kenapa kecerdasan orang berbeda-beda? Sebenarnya dengan jumlah sel otak yang demikian cerdasnya, manusia memiliki potensi yang luar biasa untuk membuka tabir rahasia alam semesta. Namun sekali lagi, itu barulah sebatas potensi. Potensi ini harus dikembangkan. Meskipun memiliki jumlah otak yang sangat buanyak, ini bukanlah jaminan seseorang dapat menjadi makhluk yang cerdas. Kecerdasan seseorang tergantung pada seberapa banyak koneksi yang terjadi di antara setisp sel otak tersebut. Setiaap sel otak memiliki kemungkinan koneksi dari 1 hingga 20.000 koneksi. Jadi bisa dibayangkan betapa besar potensi yang dimiliki manusia.
Koneksi antar otak akan terjadi bila kita menggunakan dan melatih otak kita. Semakin sering kita menggunakan dan melatihnya, maka semakin banyak terjadi koneksi. Koneksi hanya akan terjadi bila kita dapat menciptakan arti pada apa yang kita pelajari.

Tiga Otak dalam Satu Kepala

Teori otak triune pertam akali dicetuskan oleh Dr. Paul Maclean. Didalam kepala manusia terdapat tiga macam otak yang berkembang sesuai dengan tahap evolusi manusia. Perkembangan terjadi secara bertahap mulai dari otak reptil, otak mamlia, dan neo cortex.
Otak reptil bermula dari batang otak yang terletak di dasar otak dan terhubung ke tulang belakang. Otak ini berfungsi sebagai pusat kembali, sistem saraf otonomi, dan mengatur fungsi utama tubuh seprti denyut jantung dan pernafasan. Selain itu, otak reptil juga berfungsi mengatur reaksi seseorang terhadap bahaya dan anacaman dengan menggunakan pendekatan “lari” atau “lawan”. Saat otak reptil aktif, orang tidak bisa berfikir. Yang berperan adalah insting. Otak reptil akan aktif bila seseorang merasa takut, stres, kurang tidur, marah, terancam, dan tubuh lelah. Berkebalikan dengan otak reptil adalah neo cortex. Neo cortex merupakan 80% dari total otak manusia yang berfungsi sebagai otak berfikir.
Pada neo cortex, terdapat empat lobus (cuping) otak yang memiliki fungsi berbeda. Lobus frontal, parietal, temporal, dan occipital. Lobus frontal yang treletak persis di belakang kening berfungsi untuk melakukan penilaian, kreatifitas, berfikir, merencanakan, dan memecahkan masalah. Lobus parietal terletak di bagian atas agak ke arah belakang dari otak kita, dan berfungsi untuki memproses sensasi dan fungsi bahasa. Lobus temporal terletak disamping kiri dasn kanan berfungsi untuk memproses pendengaran, memori, arti, dan bahasa. Sedangkan lobus occipital terletak di bagian dalam untuk penglihatan.
Dari otak reptil, otak berkembang menjadi otak mamalia. Di dalam otak mamila terdapat Limbic. Limbic ini berperan sebagai sakelar yang menentukan otak mana yang aktif, otak reptil atau neo cortex. Otak mamalia berperan dalam mengatur kebutuhan akan keluarga, strata sosial, dan rasa memiliki. Otak ini juga memberi arti pada suatu e3mosi atau kejadian. Disamping itu, otak mamalia juga berperan dalam mengendalikan sistem kekebalan tubuh, hormon, dan memori jangka panjang.

Otak Kiri dan Otak Kanan

Disamping triune otak, para ahli jug amembagi otak kedalam otak kanan dan otak kiri. Setiap belahan otak (kiri atau kanan) mempunyai fungsi yang berbeda. Belahan otak kiri berhubungan dengan logika, analisa, bahasa, rangkaian (sequence) dan matematika. Jadi belahan otak kiri berespons terhadap masukan-masukan di mana dibutuhkan kemampuan mengupas/meninjau (critiquing), menyatakan (declaring), menganalisa, menjelaskan, berdiskusi dan memutuskan (judging). Belahan otak kanan berkaitan dengan ritme, kreativitas, warna, imajinasi dan dimensi. Jadi belahan otak kanan berfungsi kalau manusia menggambar, menunjuk, memeragakan, bermain, berolahraga, bernyanyi, dan aktivitas motorik lainnya. Sebenarnya kedua belahan otak kiri dan kanan sama penting dan sama kuatnya. Mereka saling melengkapi satu dengan yang lain.

Ciri otak kanan dan otak kiri:

Otak kanan suka:
-warna
- imajinasi
- melamun
- ruang
- irama
- dimensi
- sintetis
- gambar
- mengatur tubuh bagian kiri

Otak kiri suka:
- kata
- garis
- urutan
- waktu
- angka
- logika
- analisis
- mengatur tubuh bagian kiri

Fungsi Otak Kanan dan Otak Kiri:

Otak Kanan:
-Paham tanpa berpikir, lebih menggunakan intuisi
sehingga sering tidak mengikuti peraturan
-Kreatif dan menyukai seni
-Menggunakan perasaan dan caring person
-Berpikir dengan gambar
-Suka angan-angan
-Imajinasi tinggi
-Peka akan nada/intonasi suara
-Tanpa banyak kata-kata, belajar melalui melihat, meraba, mengalami

Otak Kiri:
-Menggunakan analisa, lebih banyak berpikir
-Mengikuti peraturan
-Menggunakan logika daripada perasaan
-Kuat dalam matematika dan bahasa
-Cepat hafal kata-kata dalam lagu
-Berpikir dalam & serius
-Memahami sesuatu melalui kata-kata/penjelasan
-Penuh perhitungan bukan angan-angan

Gelombang Otak

Dengan EEG ( electro oncephalograph) kita mengenal empat macam gelombang otak, yaitu Beta, Alfa, Theta, dan Delta. Pengukuran gelombang otak ini di dasarkan pada getaran yang ditimbulkan oleh otak kita dalam satu detik. Kita tidak mungkin berada dalam dua gelombang otak yang berbeda dalam waktu bersamaan.
Beta (12–25 Hz)

Alpha (8-12 Hz)
Theta (4-8 Hz)

Delta (0,5-4 Hz)
Kita dalam kondisi beta pada saat sadar, melakukan aktifitas yang memerlukan konsentrasi tinggi, misalnya debat, olahraga, atau proyek rumit. Bila kita rileks tetapi waspada, maka kita berada pada gelombang alfa. Misalnya saat membaca, melihat, dan menulis. Kondisi inilah kondisi paling tepat untuk belajar ada bebarapa cara untuk masuk kondisi ini, yaitu meditasi, teknik pernafasan, relaksasi, visualisasi, dan mendengarkan musik. Saat kita berada pada kondidi theta, kita berada pada kondisi yang sangat rileks, masuk ke kondisi meditatif, dan ide-ide kreatif muncul. Apabila kita tidak dapat mengendalikan diri, maka kita akan masuk ke kondisi delta, alias tertidur.
Tingkat Efektifitas Otak dalam Belajar
Otak kita bellajar dengan menggunakan urutan prioritas. Urutan prioritas ini akan mempengaruhi tingkat perhatian dan konsentrasi dalam mempelajari sesuatu dan seberapa kuat informasi tersebut tertanam dalam ingatan kita. Urutan prioritas tersebut adalah:

1. Untuk keselamatan hidup
2. membangkitkan emosi
3. belajar hal yang baru

Perhatian dan konsentrasi maksimal akan diberikan otak terhadap informasi yang berhubungan dengan keselamatan hidup. Semakin dianggap penting untuk keselamatan hidup, maka semakin tinggi pula konsentrasi perhatian dan semakin kuat puyla melekat dalam ingatan.
Prioritas kedua adalah apabila informasi itu membangkitkan emosi, baik sedih maupun gembira. Dalam belajar-mengajar, tentunya kita membutuhkan emosi positif. Semakin kuat informasi tersebut membangkitkan emosi kita, maka semakin konsentrasi kita memperhatikan informasi tersebut. Prioritas terakhir adalah informasi yang berhubungan dengan proses belajar biasa. Informasi ini mendapat konsentrasi perhatian yang paling sedikit.
Untuk memaksimalkan konsentrasi dan hasil belajar siswa, tentunya kita sebagai guru hendaknya harus menciptakan suasana yang mengantarkan siswa pada tingkat efektifitas yang paling prioritas, yakni membuat pelajaran kita sangat penting bagi kehidupan mereka. Hal ini bisa dicapai dengan pendekatan-pendekatan dalam pendidikan, misalnya pendekatan integrasi-interkoneksi (tunggu postingnya aja). Bila hal ini sulit dilakukan, maka kita bisa mencipyakan susana dengan prioritas kedua, yakni melibatkan emosi dalam setiap pembelajaran. Hal ini bisa kita capai dengan menggunakan aneka metode mengajar yang relevan ( tunggu juga). Sebagai bocorannya mungkin kita bisa mengadakan permainan, hadiah, dll.

MOTIVASI, JANTUNGNYA PROSES BELAJAR

MOTIVASI, JANTUNGNYA PROSES BELAJAR

Pentingnya menjaga motivasi pelajar pada proses belajar-mengajar tidak dapat dipungkiri lagi. Prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh motivasi, karena motivasi merupakan jantungnya proses belajar yang menjadi pangkal pokok keberhasilan suatu proses pendidikan yang harus dipecahkan oleh pendidik. Oleh karena motivasi begitu penting dalam proses pembelajaran, maka tugas guru yang pertama dan terpenting adalah membangkitkan atau membangun motivasi pelajar terhadap apa yang akan dipelajari oleh pelajar. Motivasi bukan saja menggerakkan tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Pelajar yang bermotivasi dalam pembelajaran akan menunjukkan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran, tanpa banyak bergantung kepada guru.
a. Pengertian motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan bertingkah laku. Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Mc. Donald menyatakan bahwa motivasi adalah perubahan dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
b. Peranan motivasi dalam belajar
Motivasi pada dasarnya dapat membantu memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peran penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, diantaranya:
1) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan sebagai penguat belajar.
2) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.
3) Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar.
4) Menentukan ketekunan belajar.
Guru seharusnya menggunakan masa yang banyak sewaktu mengajar untuk memotivasi pelajar-pelajarnya. Pelajar yang termotivasi dengan baik dalam pelajaran akan melakukan lebih banyak aktivitas dan lebih cepat belajar jika dibandingkan dengan pelajar yang kurang atau tidak termotivasi semasa belajar. Ini menandakan, jika guru dapat membangunkan motivasi pelajar terhadap pelajaran yang diajar maka diharapkan pelajar akan sentiasa meminati mata pelajaran tersebut. Guru dapat memahami motivasi belajar jika sewaktu mengajar dia dapat melaksanakan langkah-langkah seperti berikut:
1) Mengenal pasti tingkat kecerdasan para pelajar.
2) Melaksanakan tehnik memotivasi pelajar.
3) Merumuskan tujuan belajar dan mengaitkan tujuan belajar dengan keperluan dan minat pelajar.
4) Menerapkan kemahiran bertanya kepada pelajar.
5) Melaksanakan aktivitas pengajaran dengan urutan yang sistematik.
6) Melaksanakan penilaian diagnostik.
7) Melaksanakan komunikasi interpersonal.
Indikator-indikator yang menunjukkan bahwa seorang siswa telah memiliki motivasi belajar adalah:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
4) Adanya penghargaan dalam belajar.
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif
c. Macam-macam motivasi
Berbicara tentang macam dan jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi.
1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
a) Motif bawaan
Motif ini merupakan motif bawaan sejak lahir yang tidak perlu dipelajari. Misalnya dorongan makan dan seksual. Sering disebut dengan phisiological drives
b) Motif yang dipelajari
Motif ini timbul karena dipelajari, yaitu motif yang diisyaratkan secara sosial. Sering disebut affiliative needs.
2) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
Perbuatan individu, selain ada yang muncul karena adanya motif asli yang telah dibentuk oleh pengaruh lingkungan, ada juga yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan yang muncul tanpa perlu adanya ganjaran atau hukuman atas perbuatannya. Motivasi yang timbul karena motif dari diri sendiri seperti ini dinamakan motivasi intrinsik. Sebaliknya motivasi yang muncul karena adanya ganjaran atau hukuman dari pihak luar disebut motivasi ekstrinsik.
Motif-motif intrinsik lebih kuat untuk memunculkan suatu motivasi dan tindakan dari pada motif-motif ekstrinsik. Meskipun demikian, motivasi ekstrinsik juga penting adanya, termasuk dalam kegiatan belajar, karena kemungkina besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga kemungkinan komponen-komponen dalam belajar kurang menarik sehingga membutuhkan motivasi ekstrinsik.
d. Bentuk-bentuk motivasi di kelas
Peranan motivasi di dalam kegiatan belajar-mengajar, baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Diantara tehnik yang dapat digunakan guru untuk memotivasi siswa adalah:
1) Pernyataan penghargaan secara verbal.
2) Menggunakan nilai ujian sebagai pemacu keberhasilan.
3) Menimbulkan rasa ingin tahu.
4) Menggunakan materi yang dikenal siswa sebai contoh.
5) Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah.
6) Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan.
7) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.
8) Membuat susana persaingan yang sehat diantara siswa.
9) Memberikan uswah hasanah.

KONSEP DIRI, KUNCI PEMBUKA HARTA KARUN POTENSI SISWA

KONSEP DIRI, KUNCI PEMBUKA HARTA KARUN POTENSI SISWA

1.Pengertian Konsep Diri

Setiap orang memiliki konsep diri yang berbeda. Ada konsep diri yang mendukung kemajuan orang tersebut, ada pula yang justru menghambat. Ada yang sadar akan hal ini, adapula yang sama sekali tidak tahu. Apakah konsep diri itu? Dan apahubungannya dengan keberhasilan belajar siswa?

Konsep diri terdiri tiga komponen utama yang saling mempengaruhi, yaitu diri Ideal (Self Ideal), Citra Diri (Self Image), Dan Harga Diri ( Self Esteem). Dengan memahami fungsi masing-masing komponen, kita akan dapat melakukan pemrograman ulang padas computer mental kita. Jika kita mampu mengerti cara membuat satu konsep diri yang baru, yang lebih baik, maka kita akan berhasil dalam bidang apa saja.

Diri Ideal

Diri yang ideal menentukan sebagian besar arah hidup kita. Diri ideal menentukan arah perkembangan diri dan pertumbuhan karakter serta kepribadian. Diri yang ideal merupakan gabungan dari semua kualitas serta ciri kepribadian orang yang sangat kita kagumi. Diri yang ideal merupakan gambaran dari sosok yang sangat kita inginkan jika kita bisa menjadi orang seperti itu.

Bila tidak berhati-hati dalam memilih atau membentuk diri ideal secarasadar, akan membuat kita cenderung langsung menetapkan seseorang untuk menjadi diri kita yang ideal. Untuk itulah sebagai guru, disamping harus menetapkan siapa yang ingin kiota jadikan sebagai gambaran diri ideal kita, juga harus dapat mengarahak anak didik kita agar tidak salah dalam membentuk diri ideal mereka.

Citra diri

Citra diri adalah cara kita melihat diri kita sendiri dan berfikir mengenai diri kita sekarang ini. Citra diri ini ssering juga disebutsebagai cermin diri. Kita akan senantiasa melihat ke dalam cermin ini untuk mengetahui bagaimana kita harus bertindak pada keadaan tertentu. Kita akan senantiasa bertindak sesuai gambaryang muncul dalam cermin diri kita. Bila kita melihatbahwa diri kita adalah pandai, maka kita akan mempunyai semangat dan rasa percayadiri tinggi untuk memperoleh hasil maksimal dalam pembelajaran. Sebaliknya bila belum-belum kita sudah berfikir bahwa kita bodoh, maka suluit sekali untuk mencapai hasil yang maksimal.

Untuk itulah sebagai guru kita hendaknya mampu mengubah citra diri siswa-siswi kearah positif, bukan sebaliknya, malah menjatuhkan dan membuat citra diri siswa kea rah negative. Dengan dimilikinya citra diri yang positif, maka kesuksesqan siswa kita sudah berda di depan mata. Dalam hadis qudsi pun Allah berfirman “ANA ‘INDA DHONNI ‘ABDI BI..” aku tergantungprasangka hamba-Ku terhadap-Ku.

Harga Diri

Komponen ketiga dari konsep diri adalah harga diri. Harga diri merupakan komponen yang bersifat emosional dan paling penting dalam menentukan sikap dan kepribadian kita. Harga diri merupakan kunci untuk mencapai keberhasilan hidup. Harga dirti kita akan menentukan semangat, antusiasme, dan motivasi diri.

Harga diri didefinisikan sebaagai seberapa suka kita terhadap diri sendiri. Semakin kita menyukai diri sendiri, menerima diri kita, dan hormat pada diri kita,, maka semakin tinggi harga diri kita. Semakin kita merasa sebagai manusia berharga, maka kita akan bersikap positif dan bahagia.

2.Hubungan Konsep Diri dan Prestasi Belajar Siswa

Seperti yang dijelaskan didepan, setiap orang memiliki konsep diri yang berbeda. Ada konsep diri yang mendukung kemajuan orang tersebut, ada pula yang justru menghambat. Siswa kita pun demikian adanya. Ada dua hal yang harus kita lakukan kepada siswa kita agar tercipta suatu konsep diri positif yang akan mengantarkan pada keberhasilan mereka, yaitu membimbing, membina dan mengembangkan siswa agar memiliki konsep diri positif, serta tidak menjatuhakan konsep diri yang terbentuk tersebut.
Langkah-langkah tersebut harus selalu kita control, Karena seringkali virus fikiran menyerang diri siswa, sehingga dapat merusak konsep diri positif yang telah terbentuk. Virus fikiran sebenarnya adalah cara berfikir yang tidak benar, karena didasarkan pada asumsi yang salah. Cara berfikir ini bisa karena murni cara berfikir kita yang memang tidak benar, dan bisa juga karena mendapat pengaruh dari orang lain atau lingkungan sekitar.

Sering kali kita menemukan siswa yang terserang virus fikiran ini justru karena sikap gurunya. Masih banyak guru yang senang memberi label “bodoh” pada siswa yang salah dalam memahami pelajaran. Ketika siswa memperoleh label “bodoh” tersebut, justru mereka akan semakin jatuh, padahal sebenarnya setiap orang berhak untuk berhasil. Bukankah kegagalan merupakan awal keberhasilan?. Untuk itulah, sekali lagi, sebagi guru, hendaknya kita disamping membimbing, membina dan mengembangkan siswa agar memiliki konsep diri positif, juga hendaknya tidak memasukkan virus fikiran yang dapat merusak konsep diri positif yang telah tebentuk.
Sekali perlu kita ingat bagaimana kisah sukses kita ketika berhasil naik sepeda. Bagaimana respon orang tua kita terhadap kegagalan kita? Dan Bagaimana implikasinya terahadap semangat kita? Marilah kita bawa semangat tersebut ke dalam kelas kita.

3.Bagaimana Konsep Diri Terbentuk?

Ada banyak pandangan yang salah mengenai konsep diri. Aeringkali kita dibodohi oleh mitos-mitos yang beredar di masyarakat. Ada yang mengatakan bahwa keberhasilan seseorang itu sudah ditentukan, artinya nasib atau takdir. Demikian juga konsep diri. Seorang anak yang dilahirkan dalam keluarga pintar, kaya, dan berhasil, anak itu akan sukses karena keturunan dari orang tua. Benarkah demikian?.. sebagai seorang muslim kita sering mendengar khotbah Pak Ustadz bahwa Allah swt tidak akan merubah nasib suatu kaum, selama kaum tersebut mau berusaha merubah nasibnya sendiri. Demikian juga tentang konsep diri. Berikut kami jabarkan beberapa fakta mengenai konsep diri:

- Diperoleh melalui proses pembelajaran, bukan factor keturunan
- Diperkuat melalui pengalaman hidup yang dialami
- Dapat berubah secara drastic
- Mempengaruhi semua proses berpikir dan perilaku
- Mempengaruhi proses pembelajaran dan prestasi
- Dapat dibangun dan dikembangkan dengan mengganti system kepercayaaan yang merugikan, dan mengganti self-talk yang negative dengan yang positif.
- Konsep diri yang buruk yang dimiliki guru maupun orang tua, dapat menular pada siswa dan anak melalui komunikasi sadar dan tak sadar.

4.Mengubah dan Meningkatkan Konsep Diri

Beberapa tips berikut dapat kita lakukan untuk merubah konsep diri seseorang dari yang negative menjadi konsep diri yang positif, dan atau mengembangkannya:

a.Kisah Sukses

Kisah sukses merupakan kejadian yang telah kita alami pada masa lalu, dimana kita merasa istimewa pada saat itu. Ingatlah kejadian-kejadian masa lalu yang membuat kita merasa bersemangat dan memepunyai kepercayaan tinggi setelah melakukan suatu keberhasailan. Setelah itu, tulis dan baca serta yakinkan pada diri anda bahwa bila dulu kita mampu, untuk kedepannya pasti juga mampu.

b.Simbol Sukses

Symbol sukses merupakan pengingat akan keberhasilan yang pernah kita raih, misalnya piala kemenangan, trofi, sertifikat, atau apapun. Termasuk salah satu symbol sukses adalah pujian dan sanjungan dari seseorang kepada kita secara tertulis, untuk itu usahakan anda mempergunakan symbol ini untuk mengembangakan konsep diri.

c.Afirmasi Positif

Afirmasi merupakan self-talk antara kita dengan diri kita sendiri. Afirmasi bukanlah sekedar ucapan klise yang kita ucapkan pada diri kita sendiri dan kita ucapkan secara terus menerus sampai kita bosan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan afirmasi positif:

- Harus positif, hindari kata “tidak”, misalnya saya tidak bodoh, dunakanlah saya pandai
- Menggunakan kalimat waktu sekarang, hindari kata “besok”, “akan”. Misalnya jangan menggunakan kalimat “besok saya akan rajin”, tapi gunakanlah “saya adalah murid yang rajin”
- Bersifat pribadi, gunakan kata “saya”
- Persisten, setiap saat, setiap waktu
- Dengan hasrat dan antusiasme yang besar, libatkan emosi anda

d.Penetapan Tujuan (Goal Setting)

Konsep diri positif dibangun melalui praktek, bukan hanya didasari oleh emosi atau keinginan. Pada saat kita melihat diri kita sebagai pribadi yang kompeten, pada saat itulah konsep dirikita mulai berubah kea rah positif. Untuk itu kita perlu membuat goal setting untuk lebih memantapkan konsep diri kita. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

- Tentukan apa yang ingin kita capai sejelas-jelasnya
- Tuliskan diatas kertas, jangan hanya diangan-angan
- Tetapkan tenggatnya, kapan harus tercapai
- Pecah dan uraikan menjadi sub-goal yang terarahdan terukur
- Buat daftar tindakan untuk mencapai goal tersebut sebagai perencanaan
- Lakuakan tindakan setiap hari agar pencapaian goal-setting semakin dekat
- Tinjaulah sitiap hari

SEKOLAH MASA DEPAN BERBASIS GAYA BELAJAR

SEKOLAH MASA DEPAN BERBASIS GAYA BELAJAR

Meskipun kita telah mengenal aneka gaya belajar siswa, metode-metode belajar-mengajar kontemporer, manajemen sekolah modern, namun bila tidak kita implementasikan dalam keluarga sekolah kita, pastinya hal itu akan sia-sia belaka. Atau mungkin kita implementasikan dalam kelas kita, tapi tidak diikuti oleh staf yang lain, tentunya apa yang kita harapkan untuk terwujudnya kualitas sekolah juga tidak akan menjadi kenyataan. Untuk itulah kita perlu juga melibatkan staf-staf lain untuk menuju pada sekolah masa depan yang berbasis gaya belajar. Upaya kita ini akan berhasil bila mengandung tiga unsur vital didalamnya, yaitu:
1. Filosofis Dasar
Filosofis dasar ini menyatkan bahwa siswa memiliki preferensi-preferensi gaya belajar yang unik, dan bahwa para pendidik harus mengadopsi pandangan baru tentang pendidikan, mengenal dan menghargai keunikan masing-masing manusia, dan menerima bahwa guru maupun siswa memiliki kemampuan yang sangat berbeda dalam menyerap dan mengingat informasi baru.

2. Model
Model ini dapat membantu para guru untuk mengidentifikasi dan menjalankan instrumen penilaian, menyediakan kerangka kerja yang sesuai untuk memanfaatkan perbedaan-perbedaan individual dalam kemampuan belajar siswa

3. Perubahan
Setelah mengambil dan mengidentifikasi model yang sesuai, maka tantangannya sekarang adalah menyusun petunjuk-petunjuk pelaksanaan untuk mengubah situasi kelas dan sekolah tradisional yang kaku dan berorientasi pada guru menjadi lingkungan belajar yang menggairahkan dan berpusat pada anak, yang cocok untuk semua kelompok siswa (baca GURU MUDA, AGEN PERUBAHAN PENDIDIKAN). Dalam rangka memenuhi kebutuhan ini, sekolah terkait perlu menyediakan waktu dan sumber daya untuk melatih staf yang ada dalam gaya belajar dan metode-metode pengajaran yang mendukung. Para pemimpin sekolah, kepala sekolah, dan orang tua harus bersepakat untuk menerapkan kebijakan-kebijakan yang mendukung program seperti ini.

Dryden dan Vos dalam edisi kedua buku The Learning Revolution, menjelaskan dengan terperinci tentang cara merencanakan sekolah-sekolah masa depan dengan cara mengubah sistem pendidikan bangsa dengan merekomendasikan program 12 langkah berikut:

1. Sekolah Sebagai Pusat Sumber Daya Masyarakat Seumur Hidup Sepanjang Tahun
2. Tanya Dulu Konsumen Anda
3. Jaminan Akan Kepuasan Konsumen
4. Penuhi Semua Kebutuhan Kecerdasan Dan Gaya Belajar
5. Gunakan Teknik-Teknik Pengajaran Terbaik
6. Menanam Investasi Pada Sumber Daya Kunci (Para Guru)
7. Menjadikan Setipa Orang Sebagai Guru Sekaligus Murid
8. Rencanakan Kurikulum Empat Bagian, yang terdiri dari perkembangan pribadi, keterampilan hidup, program belajar-mengajar, dan isi.
9. Ubah Sistem Penilaiannya, seprti dalam kurikulum tersebut diatas.
10. Gunakan Teknologi Masa Depan (komputer, video, permainan elektronik, dll)
11. Manfaatkan Seluruh Masyarakat Sebagai Sumber Daya
12. Bagi Setiap Orang: Ada Hak Untuk Memilih

I

Design by Blogger Templates