GURU MUDA, AGEN PERUBAHAN SEKOLAH

GURU MUDA, AGEN PERUBAHAN SEKOLAH


A. PENDAHULUAN

Pendidikan dalam sejarah peradaban anak manusia adalah salah satu komponen kehidupan yang paling urgen. Aktifitas ini telah dan akan terus berjalan semenjak manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Bahkan kalau ditarik mundur lebih jauh lagi, kita akan dapatkan bahwa pendidikan telah mulai berproses semenjak Allah swt. menciptakan manusia pertama Adam di sorga dimana Allah telah mengajarkan kepada beliau semua nama-nama yang oleh para malaikat belum dikenal sama sekali (QS Al Baqarah: 31-33).
Semenjak manusia berinteraksi dengan aktifitas pendidikan ini semenjak itulah manusia telah berhasil merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lini kehidupan mereka. Bahkan pendidikan adalah suatu yang alami dalam perkembangan peradaban manusia (1).
Dan secara paralel proses pendidikan pun mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik dalam bentuk metode, sarana maupun target yang akan dicapai. Karena hal ini merupakan salah satu sifat dan keistimewaan dari pendidikan, yaitu selalu bersifat maju (taqaddumiyyah). Sehingga apabila sebuah pendidikan tidak mengalami serta tidak menyebabkan suatu kemajuan atau malah menimbulkan kemunduran maka tidaklah dinamakan pendidikan. Karena pendidikan adalah sebuah aktifitas yang integral yang mencakup target, metode dan sarana dalam membentuk manusia-manusia yang mampu berinteraksi dan beradabtasi dengan lingkungannya, baik internal maupun eksternal demi terwujudnya kemajuan yang lebih baik (2).
Sebagai contoh nyata dari argumen di atas dapat kita lihat dari dua kenyataan berikut:
Pertama, ketika Uni Sovyet meluncurkan pesawat luar angkasanya yamg pertama spotnic pada 4 oktober 1957, Amerika Serikat tergoncang dengan dahsyatnya. Demam spotnic melanda seantero Amerika. Betapa tidak, karena Amerika adalah negara besar pemenang perang dunia II telah kedahuluan oleh Uni Sovyet. Sampai-sampai presiden AS ketika itu membentuk tim khusus untuk merespon kejadian besar ini. Tim tersebut bukan bertugas menyelidiki kenapa Uni Sovyet berhasil mendahului mereka dalam meluncurkan pesawat luar angkasa, melainkan mereka mendapat intruksi lansung dari presiden untuk melakukan suatu tugas yang tidak disangka-sangka oleh para pengamat politik waktu itu. Tugas mereka adalah meninjau kembali kurikulum pendidikan AS mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Dengan bekerja keras dan dalam waktu yang singkat tim tersebut berhasil mengeluarkan statement yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan AS dari semua jenjang pendidikan sudah tidak layak lagi dan harus direvisi. Sebuah keputusan yang teramat berani waktu itu. Tapi itulah sebuah konsekuensi kalau hendak berkompetisi dalam kemajuan peradaban.
Amerika pun mulai melakukan pembaharuan pendidikan dalam segala segi dan dimensinya. Mulai dari kurikulum, mata pelajaran, tenaga pengajar, sarana pendidikan sampai kepada sistem evaluasi pendidikan. Usaha mereka dengan sangat cepat membuahkan hasil yang sangat luar biasa. Pada tanggal 14 juli 1969 mereka berhasil meletakkan manusia pertama di permukaan bulan. Hanya dalam kurun waktu 12 tahun mereka berhasil mengungguli teknologi Uni Sovyet. Waktu yang relatif singkat, kurang dari masa pendidikan seorang anak dari tingkat dasar sampai jenjang perkuliahan (3)
Hasil lain dari itu tentunya dapat disaksikan oleh dunia semuanya dimana AS sekarang telah menjadi kekuatan tunggal setelah runtuhnya US.
Kedua, kejadian yang hampir serupa sebenarnya pernah terjadi di Jepang seusai kekalahan mereka dalam perang dunia II dengan dibom atomnya kota Hiroshima dan Nagasaki. Jepang praktis lumpuh dalam segala segi kehidupan. Bahkan kaisar Jepang waktu itu menyatakan bahwa mereka sudah tidak punya apa-apa lagi kecuali tanah dan air. Belum lagi hukuman sebagai orang yang kalah perang yang melarang Jepang untuk membangun angkatan bersenjata. Semua itu merupakan hambatan yang sangat besar untuk dapat bangkit dan membangun sebuah peradaban baru. Tapi perkiraan akal manusia tidak selamanya benar. Jepang bangkit perlahan-lahan dengan memperbarui sistem pendidikan mereka dalam semua jenjang pendidikan. Dalam masa yang relatif singkat Jepang berhasil membangun negara mereka menjadi negara yang kuat dalam bidang ekonomi dan pendidikan. Bahkan merupakan negara ekonomi terkuat yang menjadi ancaman bagi AS sendiri. Coba kita bandingkan dengan Indonesia yang mulai membangun diri pada waktu yang sama dengan Jepang (kita merdeka 1945 dan Jepang di bom atom 1945). Jepang telah berlari jauh di depan, kita malah masih tertatih-tatih bahkan jalan di tempat dan kadang kala juga mundur ke balakang. Contoh nyata dari kemajuan pendidikan di Jepang adalah berobahnya pengertian buta huruf dikalangan rakyat Jepang. Buta huruf yang sudah tidak ada lagi di Jepang mempunyai pengetian "tidak bisa menggunakan komputer". Betapa jauhnya pengertian ini dengan pengertian aslinya di kalangan dunia ketiga, yang berarti tidak bisa tulis dan baca.
Dua fenomena di atas merupakan gambaran nyata dari urgensi pendidikan yang telah dipahami dan diaplikasikan dengan baik oleh AS dan Jepang. Langkah yang mereka ambil telah membuktikan kepada dunia bahwa kemajuan pendidikan berarti kemajuan sebuah bangsa. Dan bangsa manapun di dunia ini yang mengabaikan pendidikan maka tunggulah kehancurannya.


Pembaharuan pendidikan di Indonesia sudah berkali-kali, sedikitnya enam sampai tujuh kali pembaharuan. Pembaharuan pendidikan lebih banyak memusatkan perhatian untuk memperbaharui ‘mobil’ (kurikulum, bahan ajar, sistim evaluasi, perbaikan dan pengadaan gedung dan alat). Kemudian melatih ‘pengemudi’nya (tenaga pendidikan dan staf administrasi). ‘Penumpang’ di dalamnya (murid, orangtua, dan pemakai lulusan). Tidak banyak disentuh dalam praktik kependidikan. Jalan raya dan lingkungan sepanjang jalan (lingkungan, dukungan semua pihak termasuk dukungan politik terhadap pendidikan) yang dilewati mobil yang tidak dirancang dan dibangun dengan baik.
Ada pepatah menyatakan : “more often, the journey is more important then the destination” yang bermakna, dalam banyak hal, pengalaman selama di jalan lebih penting daripada tempat tujuan. Terkait dengan tujuan (tujuan pendidikan, tujuan sekolah, tujuan kelas dan pembelajaran) masih banyak supir yang tidak tahu kemana mobil dan penumpangnya akan dibawa. Lebih parah lagi, penumpangnya sendiri belum terbiasa untuk menyampaikan maksud dan tujuan mereka, karena berpuluh-puluh tahun mereka terbiasa mengatakan “terserah yang membuat mobil dan pak sopir saja”. Para penumpang ini tidak dikondisikan untuk menyampaikan dan menjelaskan tujuan mereka dengan terbuka, maka jika :

• Kurikulum (mobil) kita tidak layak;
• Guru (sopir) kurang berkualitas;
• Murid, orang tua, pemakain lulusan (penumpang) belum berperan aktif.
• Dukungan masyarakat, pemerintah (jalan raya dan alam sekitarnya) minim
• Visi, filosofi dan tujuan pendidikan (tempat tujuan) belum terumuskan dan disepakati oleh semua pihak.


B. LANGKAH-LANGKAH PEMBAHARUAN PENDIDIKAN

Langkah Pertama: Kenali Kebutuhan Akan Reformasi Sekolah
Titik tolak pada banyak sekolah adalah dengan menulis pernyataan visi dan misi baru yang menyebutkan secara spesifik filosofis sekolah, arah, tujuan, serta nilai-nilainya. Arahkan perhatian secara serius pada hal-hal urgen, misalnya prestasi rendah, kurangnya motivasi belajar, kedisiplinan, stres tinggi para guru, kurangnya keterlibatan wali siswa, atau masalah-masalah lain. Dengan menuliskan kebutuhan yang perlu dirubah ini, langkah kita untuk mengadakan perubahan memiliki semacam pijakan yang jelas.

Langkah Kedua: Cari Para Pendukung Perubahan
Tanpa dukungan dari orang lain, pastinya perubahan yang kita impikan akan sulit terlaksana, untuk itulah kita perlu memilih dan mencari dukungan dari civitas akademik yang kita percaya dan mempercayai kita. Jumlah orang yang harus diyakinkan tentang konsep atau pendekatan ini adalah sekitar 15% sampai 20% populasi sekolah. Dalam proyek perubahan ini hendaknya kita mencari dukungaan secara aktif dari pihak dalam maupun pihak di luar sekolah.

Langkah Ketiga: Buat Dan Komunikasikan Rencana Tindakan Perubahan Tersebut
Sebagai guru muda, tentunya masih sulit untuk mendapat kepercayaan dan dukungan dari populasi sekolah. Untuk itu, alangkah lebih bijak jika anda memulai dari proyek kecil yang akan berhasil dalam jangka waktu beberapa bulan pertama. Proyek-proyek tersebut harus diorganisasi dan dikoordinasi dengan baikuntuk mengurangi keraguan berlebihan yang terbuka diantara para staf sekolah tradisional. Untuk upaya struktur ulang yang besar, buatlah rencana minimum dan target untuk sampai jangka beberapa tahun.

Langkah Ke Empat: Dapatkan Sumber Daya Yang Dibutuhkan
Identifikasi dan dapatkanlah sumber daya manusia sekaligus kebutuhan materi. Termasuk dalam kelompok ini adalah konsultan, program pelatihan, sumber daya keuangan, dan waktu untuk melibatkan staf. Bila hal ini terasa sulit dan kurang efisien, kita bisa mengakali dengan memperbanyak referensi tentang sebuah sekolah modern dan mengadakan forum diskusi mengenai hal tersebut dengan beberapa staf yang kita percaya (kita pilih) pada langkah kedua di atas. Tentunya dibutuhkan kepercayaan diri yang sangat kuat dalam hal ini.

Langkah Ke Lima: Kenali Reaksi-Reaksi Emosional
Sebagai seorang agen perubahan, anda harus mengantisipasi reaksi-reaksi pribadi terhadap perubahan, siklus emosional yang khas yang diidentifikasi melalui penelitian, yang meliputi optimisme atau pesimisme baik yang terlihat maupun tersembunyi, realisme yang penuh harap, dan dampak-dampak yang lain, baik negatif maupun positif, (kebalik).

Langkah Ke Enam: Antisipasi Masalah, Identifikasi Keterampilan Memecahkan Masalah
Masalah-masalah yang bisa diprediksi selama proses struktur ulang adalah isu-isu emosional, kurangnya koordinasi atau komunikasi, kurangnya sumber daya, dan beberapa krisis yang tidak diantisipasi. Metode pemecahan masalah secara aktif menjadi hal yang sangat penting demi keberhasilan proyek ini.

Langkah Ke Tujuh: Berbagi Kepemimpinan
Untuk membuat perubahan menyebar luas dan tertanam kukuh, kita perlu berbagi dalam hal pengendalian proyek dan berkolaborasi dengan orang lain. Dalam hal ini tentunya harus pula melibatkan “orang-orang penting” dalam sekolah, khusunya kepala sekolah.

Langkah Ke Delapan: Segera Luncurkan Inovasi Ke Dalam Praktik Di Kelas
Untuk praktik-praktik kelas baru yang akan diimplementasikan, kita memerlukan kombinasi antara dukungan dan tekanan, dan upaya-upaya perubahan yang secara cepat dikaitkan dengan kelas tersebut akan dirasakan relevan dan urgen. Pada langkah ini, dibutuhkan pengembangan ataf secara terus menerus.

Langkah Kesembilan: Refleksi
Refleksi berarti mengadakan peninjauan terhadap implementasi inovasi yang kita luncurkan. Dalam kenyataannya, pasti akan ditemukan banyak kendala yang mengakibatkan tersendatnya, bahkan gagalnya upaya perubahan yang kita canangkan. Untuk itulah, bersama staf yang kita libatkan, kita mencari solusi dalam mmecahkan masalah yang kita jumpai yang tidak kita perkirakan sebelumnya. Dengan adanya refleksi ini, inovasi yang kita implementasikan dalam ruang-ruang kelas insya Allah akan mendekati keberhasilan.

Langkah Kesepuluh: Tanamkan Inovasi Dalam Praktik Organisasi
Setelah berhasil diimplementasikan, diukur dan diperbaiki, inovasi telah menjadi bagian dari kehidupan sekolah dan upaya-upaya struktur ulang menjadi tatanan kuat dalam filosofi, anggaran, kebijakan, dan administrasi sekolah terkait. Jangan lupa, rayakan keberhasilan ini. Selamat mencoba. Ma’an najah

1 komentar:

Anonim mengatakan...

two thumns up!!! q kasih apresiasi setinggi -tinginya buat guru muda. dewasa ini di saat para lulusan sarjana pendidikan menjadikan profesi guru haya sebagai alat untuk memperoleh suatu penghasilan tertentu yang banyak orang pikir sektor pendidikan mempuanyai prospektif yang baik di masa yang akan datang, tapi penulis mempunyai niat yang mulia untuk mengadakan prubahan yang sangat dinanti oleh siswa. bravo guru muda!!!

Design by Blogger Templates